Perkawinan Adat Pepadun di Tiyuh Gunungterang dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Lampung

Desiy Andayani, Tuntun Sinaga, Iqbal Hilal

Abstract


This research used descriptive qualitative method. The data were collected through observation, recording, field notes, and interviews. The results of research showed that pepadun traditional marriage procession of Tiyuh Gunungterang was carried out in two ways either through marriage proposal (betunang) or by elope marriage (sebambangan). Both marriage systems constitute different type of marriage processions in proposal marriage system, there are two types of marriage system, i.e., ibal serebou (the proposal marriage system which involves the whole traditional marriage processions) and bambang ajei (the proposal marriage system which only involves several traditional marriage processions). Meanwhile, in elope marriage system, there were also two marriage systems, i.e., nakat (elope marriage system carried out between two unmarried man and unmarried woman on the basis of love) and ghamot (elope marriage system carried out based on males insistence). The implication of the two marriage systems were on the discourse-based teaching material development contained in the marriage procession.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui observasi, rekaman, membuat catatan lapangan dan melakukan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam prosesi perkawinan adat pepadun masyarakat Tiyuh Gunungterang terdapat dua cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara lamaran (betunang) atau dengan cara larian (sebambangan). Dari kedua cara tersebut terdapat jenis perkawinan masing-masing yaitu, untuk perkawinan lamaran terdapat jenis perkawinan ibal serebou (perkawinan yang melaksanakan seluruh rangkaian prosesi adat) dan bambang ajei (perkawinan yang hanya melaksanakan beberapa prosesi inti). Bila dengan cara larian, jenis perkawinan yang dipakai yaitu nakat (atas dasar suka sama suka antara bujang dan gadis) dan ghamot (dengan unsur paksaan dari bujang). Bentuk implikasi pada pembelajaran dilakukan melalui pengembangan bahan ajar berbasis wacana yang terdapat di dalam prosesi tersebut.

Kata kunci: Bahan ajar, lampung pepadun, perkawinan adat.


References


Ariyani, Farida dkk. 2015. Konsepsi Piil Pesenggiri Menurut Masyarakat Adat Lampung Way Kanan di Kabupaten Way Kanan. Lampung: Aura Publishing.

Bogdan dan Taylor, 1975 dalam J. Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya.

Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Fingki. 2014. Simbol dan Makna Adat Perkawinan Suku Bajo di Desa Torosiaje Kabupaten Pohuwato. Gorontalo: UNG. http://eprints.ung.ac.id/293/3/2013-2-69201-281409075-bab2-060120140225 51.pdf. Diakses tanggal 20 Juni 2017.

Hadikusuma, Hilman. 1997. Bahasa Lampung. Jakarta: Fajar Agung.

Hadikusuma, Hilman. 2014. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju.

Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Marliani, Lilis. 2009. Ancangan Komunikatif Dalam Literatur. Jakarta: Universitas Indonesia.http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122699-T%2025940-Ancangan% 20komunikasi-Literatur.pdf. Diakses tanggal 17 Januari 2017.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Peraturan Gubernur Lampung nomor 39 tahun 2014 tentang mata pelajaran bahasa Lampung sebagai muatan wajib pada jenjang satuan pendidikan dasar dan menengah.

Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanusi, Efendi. 2014. Sastra Lisan Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sujadi, Firman. 2012. Lampung Sai Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Cita Insan Madani.

Sunyono, Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yolanda, Yosi, Putri. 2016. Komunikasi Simbolik Dalam Prosesi Pemberian Gelar Adat Penyimbang Marga Legun Di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Universitas Lampung.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.