Gambar Sampul

ETIKA LINGKUNGAN DALAM TRADISI ‘NGEMBANG’ DI SAJIRA LEBAK BANTEN: UPAYA PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (KAJIAN FOLKLOR)

Khoerotun Nisa Liswati, Rian Andri Prasetya, Nuri Novianti Afidah

Sari


This research raises issues related to environmental ethics in the tradition of developing in Sajira Lebak District, Banten. This study aims to describe the meaning of ritual discourse in the ngembang tradition and to describe the environmental ethics contained in the ngembang tradition as an effort to strengthen character education in society. The method and approach in this research is qualitative-descriptive. There are four activities in the series of traditional development rituals described in this study. The activities, namely the face of leuweung, melak pare, nyandak seed, noong pare .. The results of this study describe that the activity that contains the principle of activity that contains the principle of the life centered theory is the activity of the face leuweung. Activities that contain the land ethic principle are advance leuweung and noongpare activities. Next, the activity that contains the principle of equal treatment is face leuweung. Finally, the activities that contain the principles of theocentrism theory are the activities of nyandak seeds and melak pare.

 

Penelitian ini mengangkat permasalahan yang berkenaan dengan etika lingkungan dalam  tradisi ngembang di Kecamatan Sajira Lebak Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana makna wacana ritual dalam tradisi ngembang dan mendeskripsikan etika lingkungan yang terdapat dalam tradisi ngembang sebagai upaya penguatan pendidikan karakter dalam masyarakat. Metode dan pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif . Ada empat kegiatan dalam rangkaian praritual tradisi ngembang  yang dideskripsikan dalam penelitian ini.  Adapun kegiatan tersebut, yaitu muka leuweung, melak pare, nyandak bibit, noong pare.. Hasil dari penelitian ini mendeskripsikan bahwa kegiatan yang mengandung prinsip Kegiatan yang mengandung prinsip the life centered theory adalah kegiatan muka leuweung. Kegiatan yang mengandung prinsip the land ethic adalah kegiatan muka leuweung dan noong pare . Berikutnya, kegiatan yang mengandung prinsip equal treatment adalah muka leuweung. Terakhir, kegiatan yang mengandung  prinsip dari teori teosentrisme  adalah kegiatan nyandak bibit dan melak pare.

 

Keywords: environmental ethics, folklore, development tradition

DOI Artikel: http://dx.doi.org/10.23960/Kata.v10.i1.202205



Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia (Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain). Jakarta: Grafiti Press.

Hudha, Atok Miftachul, dkk. 2019. Etika Lingkungan (Teori dan Praktik Pembelajarannya). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Keraf, A.S. 2014. Filsafat Lingkungan Hidup : Alam Sebagai Sebuah Sistem Kehidupan. Yogyakarta: Kanisius.

Kuswarno, Engkus. 2011. Etnografi Komunikasi. Bandung: Refika Aditama.

Light&Rolstone III,H. 2002. Environmental Ethics: An Antology. US: Wiley-Blackwell.

Marfai, M.A. 2013. Pengantar Etika Lingkungan dan Kearifan Lokal. Yogyakarta:GMU-Press.

Prasetyo, Agus dan Emusti Rivasintha.(2011). Konsep Urgensi dan Implementasi pendidikan Karakter di Sekolah. Tersedia dalam http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/27/konsep-urgensi-danimplementasi- pendidikan-karakter-disekolah (diakses tanggal 20 Mei 2022).

Propp. 1997. Theory and History of Folklore. Minneapolis: University of Minne sota Press.

Syamsuri, I. 1996. Etika Lingkungan (Usul Tentang Cara Merumuskan dan Memasyarakatkannya). Chimera: 1(2)85-98.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.